Pada vertebrata, organ pencernaan makanan memiliki struktur anatomi relatif sama walaupun ada bagian dari organ tersebut yang bervariasi. Perbedaan jenis makanan, cara mengambil makanan, cara mencernakan makanan serta teknik lain dalam sistem pencernaan makanan, antara lain karena ada variasi pada struktur anatomi organ pencernaan makanan pada vertebrata. Pada hewan daratan misalnya katak, dan reptilia memiliki lidah yang panjang yang digunakan untuk mengambil makanannya untuk kemudian dicernakan dalam saluran pencernaan, burung menggunakan paruhnya yang tajam untuk mengambil biji-bijian kemudian menyimpannya dalam tembolok, yang selanjutnya dicernakan secara bertahap. Macam-macam teknik pengambilan makanan dan cara mencernakannya, pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu memerlukan makanan untuk sumber energi. Makanan dimasukkan ke dalam tubuh, dicerna, diabsorpsi, dan sisa yang tidak tercerna dibuang. Makanan tersebut memiliki fungsi selain sebagai sumber energi juga untuk memperoleh sumber bahan pembangun untuk tumbuh, memperbaiki jaringan yang rusak, sumber vitamin dan mineral.
Kesamaan pada organ pencernaan vertebrata adalah terdapat saluran pencernaan dan kelenjar pencernan. Selain itu ada kelenjar pencernaan yang berada di dalam dinding saluran pencernaan dan ada yang terdapat di luar saluran pencernaan.
1. Saluran pencernaan
Saluran pencernaan makanan berupa pembuluh yang panjang, berkelok atau membentuk lipatan, diawali dengan mulut yang berakhir pada anus atau kloaka. Saluran pencernaan makanan terbagi atas rongga mulut, farink, esofagus, lambung, usus.
A B
C D E
Gambar 2-1. Saluran pencernaan vertebrata: A. Pisces, B. Amphibia, C. Reptilia, D. Aves, C. Mamalia/Manusia (sumber : Johnson Raven:2000)
Gambar 2-2. Saluran pencernaan vertebrata secara skematis, mulai dari esofagus sampai ke rektum
1. esofagus; 2. lambung; 3. duodenum; 4. usus; 5. usus halus; 6. usus besar (kasar); 7. kolon; 8. rektum; cc. seka burung; Ic. ileokalik sekum; IL. Ileum; P. Spinkter pilorus; PC. Seka pilorus (Sumber : Kent, 1987)
a. Rongga mulut
Didalam rongga mulut terdapat organ asesoris yaitu lidah, gigi dan kelenjar ludah.
1). Lidah
Pada rongga mulut pisces terdapat lidah yang merupakan peninggian dasar farink (lidah primitif), terdapat kelenjar mukus. Rongga mulut pada amphibia besar.
Lidah pada urodela akuatik masih primitif sama seperti pada ikan, tetapi pada salamander lidahnya panjang dan kasar. Lidah dapat dikeluarkan dengan cepat untuk menangkap mangsanya (gambar 2-2). Otot lidah melekat pada tulang hioid.
Pada reptilia, antara rongga mulut dengan farink terdapat sekat yang tipis, terletak di langit-langit rongga mulut. Lidah pada reptilia ada yang dapat terjulur misalnya bunglon pemakan insekta (gambar 2-2). Lidah pada kura-kura dan buaya relatif kecil dan tidak dapat dijulurkan, misalnya kura-kura, dan buaya. Lidah ular berbentuk pembuluh yang terbungkus oleh selaput, terletak di bagian rahang bawah.
Gambar 2-3 : A. Kodok, B. bunglon (insektivora); keduanya sedang mengambil makanan dengan lidahnya
Pada mamalia ,rongga mulut relatif lebar, hal ini mempermudah mengambil makanan, mengunyah yang selanjutnya menelan. Fungsi antara lain berfungsi untuk memegang mangsanya (pada sapi), menggerakkan makanan sehingga tercampur dengan ludah (manusia), pada trenggiling lidah dapat dipanjangkan untuk menangkap mangsanya, dll, dan lidah ikan paus tidak dapat digerakkan. Lidahnya dilekatkan pada dasar rongga mulut oleh suatu ligament yang disebut frenulum. Permukaan lidah mamalia maupun terdapat papila yang bertanduk , ada yang berbentuk seperti jamur, dan berbentuk bulat. Papila yang bertanduk yang mengakibatkan permukaan lidah kasar, digunakan oleh karnivora untuk memarut tulang dan pada beberapa mamalia digunakan untuk membersihkan rambutnya, misalnya pada kucing peliharaan. Lidah mamalia yang panjang dan basah umumnya selalu dijulurkan, berfungsi untuk penguapan (homeostasis), misalnya pada anjing. Papila lidah mamalia memiliki puting pengecap.
2). Kelenjar ludah
Pada Tetrapoda mempunyai kelenjar ludah, yang mensekresikan sekret berupa enzim ptialin, toksin atau lendir. Kelenjar labia terdapat di mulut bagian bawah,, dan bermuara di vestibulum mulut, kelenjar intermaksila dekat premaksila, kelenjar sublingual terdapat di bawah lidah. Kelenjar submaksila bermuara di belakang gigi incisivum, kelenjar parotid merupakan kelenjar yang besar. Kelenjar infraorbital terdapat disudut mata. Kelenjar molar terletak didaerah gigi molar. Kelenjar internasal terletak di daerah premaksila. Pada amphibia kelenjar internasal menghasilkan sekret yang melekat pada langit-langit mulut digunakan untuk melindungi (menutup) batas dengan saluran pencernaan berikutnya, selain itu berfungsi untuk menyelubungi mangsanya sehingga tidak terlepas.
Pada reptilia, memiliki kelenjar mukoid yang sekretnya berfungsi agar rongga mulut tetap basah dan dapat dengan mudah menelan mangsanya. Kelenjar labia bermodifikasi menjadi kelenjar poison yang umumnya terdapat pada ular. Duktus kelenjar poison bermuara di kantung yang terletak di daerah gigi taring dan dikeluarkan melalui gigi tersebut. Sekretnya beracun yang digunakan untuk menangkap mangsanya. Kelenjar sublingual pada kadal mengeluarkan racun (gambar 2-4).
Gambar 2-4 : Kelenjar pada reptilia dan mamalia A. pada Manusia; B: 1. parotid, 2. sub mandibular, 3. sublingual, 4. molar, 5. infraorbital, 6. poison, 7. gigi maksilaris yang digunakan untuk mengalirkan racun, 8. lidah (sumber ; Kent, 1987)
3). Gigi
Gigi tersusun oleh dentin, dan email. Bagian-bagian gigi adalah mahkota gigi, leher dan akar gigi. Gigi pada umumnya terbenam dalam rongga tulang rahang. Gigi pada vertebrata bervariasi dalam jumlah , distribusi gigi dalam rongga mulut, posisinya terhadap tulang rahang, tingkat permanen gigi dan bentuk gigi.
Pada pisces distribusi gigi lebih luas yaitu menyebar dari rongga mulut sampai farink. Gigi melekat pada tulang rahang, tulang palatinum dan lengkung ingsang, contoh pada “blue sucker” memiliki 35-40 gigi pada insangnya. Pada Amphibia dan reptilia, gigi terdapat pada tulang vomer, palatinum, pterigoid, dan pada parasphenoid. Sedangkan yang terbatas di daerah rahang adalah buaya, burung dan Mamalia.
Gigi Vertebrata kecuali mamalia mengalami pergantian berulang kali, disebut polipodont, misalnya pada gigi buaya mengalami 50 kali pergantian. Gigi mamalia berkembang menjadi dua set gigi yaitu gigi susu dan gigi permanen. Oleh karena itu mamalia mengalami dua kali pergantian gigi sepanjang hidupnya, disebut gigi difiodont.
Pada Pisces gigi melekat di permukaan tulang rawan seperti Teleostei, gigi seperti ini disebut akrodont. Bentuk perlekatan gigi lain adalah Pleurodont yaitu gigi melekat pada bagian dalam tulang rahang, misalnya pada gigi amphibi, reptilia. Gigi terbenam dalam lekukan atau alveoli, gigi seperti ini disebut dengan tekodont misalnya pada mamalia, buaya dan beberapa burung.
Gambar 2-5 : Hubungan gigi terhadap tulang rahang. A. gigi akrodont melekat pada permukaan tulang rahang, B. gigi pleurodont, melekat pada permukaan sampai pada bagian dalam tulang rahang, C. gigi tekodont, tertanam sampai ke alveoli D. Gigi Pisces (A-C; sumber : Kent, 1987)
Bentuk gigi dalam rongga mulut memiliki ukuran yang berbeda-beda tetapi bentuknya sama, disebut dengan homodont. Gigi yang memiliki bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan fungsinya disebut dengan heterodont. Berbagai bentuk gigi tersebut adalah gigi seri (insisivum), gigi taring (kaninus), gigi geraham (premolaris) dan gigi graham sejati (molaris).
A. B.
Gambar 2-6 : A. Gigi homodont; B. gigi heterodont (sumber : Hildebrand, 1988)
Gigi Seri (insisivum), berfungsi untuk memotong, enamel pada gigi seri lebih keras dari pada dentin sehingga gigi menjadi lebih keras. Gigi ini berkembang pada herbivora, digunakan untuk memegang, mengunyah dan menghancurkan makanannya. Pada rodensia, gigi seri panjang dan jumlah emailnya banyak sehingga tajam. Gading gajah merupakan modifikasi gigi seri. Gigi taring, terletak dibelakang gigi seri. Gigi taring pada karnovira berbentuk seperti tombak digunakan untuk menerkam dan mengoyak mangsanya. Gigi taring pada beruang laut berupa gading. Pada rodensia gigi taring tidak terdapat sehingga terbentuk suatu rongga antara gigi seri dan gigi geraham primolaris yang disebut diastema. Gigi kanin kucing panjangnya 20 cm. Gigi geraham dan geraham sejati (premolar dan molar), berfungsi untuk menyobek dan mengunyah makanannya (gambar 2-7).
Jumlah gigi pada kelompok mamalia bervariasi, tergantung pada jenis makanan yang dimakan. Keadaan gigi mamalia ini dapat diperlihatkan oleh rumus gigi, misalnya rumus gigi pada kelinci, dan hamster.
Rumus gigi kelinci : 2-0-3-3 Rumus gigi hamster : 1-0-0-3
1-0-2-3 1-0-0-3
A B C D
Gambar 2-7. Gigi bagian atas dari mamalia, (a) gigi tikus kesturi, (b) gigi kuda (herbivora), (c) gigi walrus, (d) gigi gajah (sumber : Kent, 1987)
b. Farinks
Farink pada pisces digunakan sebagai organ respirasi. Farink terletak anterior dari esofagus. Faring pada tetrapoda adalah spesifik yaitu adanya glotis, epiglotis, saluran eustachius. Pada mamalia terdiri atas urofarink yang terletak ventral dari langit-langit lunak dekat rongga yang menghubungkan dengan esofagus, faring nasal (nasofaring) terletak di bagian dorsal dari langit-langit lunak, dan laringofarink terletak paling dekat dengan larink dan esofagus
c. Esofagus
Pada pisces ukurannya pendek dan melipat. Esofagus sampai lambung berbentuk huruf J misalnya pada Elasmobranch. Sebagian besar pada amphibia tidak memiliki esofagus, sehingga farinknya berhubungan langsung dengan lambung. Pada amphibia lain esofagusnya seperti pada pisces, ukurannya pendek. Mulai pada reptilia, ukuran esofagusnya panjang dan melipat longitudinal. Bagian bawah esofagus aves membesar disebut krop (tembolok). Tembolok berfungsi untuk menyimpan makanan sementara yang bercampur dengan kerikil. Pada burung pemakan daun dan biji, krop berukuran besar dan sangat muskular. Umumnya pada induk burung, makanan yang tersimpan di dalam krop akan dimuntahkan kembali dan dimasukkan ke dalam rongga mulut anaknya. Pada mamalia dan reptilia, esofagusnya akan terlipat kalau tidak digunakan.
A B C
Gambar 2-8 : Faring pada A. Amphibia; B.Anjing; C. Manusia (Kent, 1987)
d. Lambung
Terletak antara esofagus dan intestinum dan berakhir pada suatu spinkter pilorus. Berfungsi untuk menampung dan melumatkan makanan. Pada pisces, awal daerah lambung nampak kurang berbeda dengan esofagus, daerah pilorus memperlihatkan beberapa pilorus seka (gambar 4-9). Pada burung, lambung terbagi atas proventrikulus atau lambung kelenjar dan ventrikulus (empedal). Pada burung karnivora, proventrikulus dan ventrikulus kurang dapat dibedakan. Lambung Ruminansia kecuali babi dan kuda nil dapat dibedakan menjadi empat bagian yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Rumen merupakan tempat penyimpanan sementara makanan yang telah ditelan (gambar 4-10). Pada unta terdapat divertikula air yang berfungsi untuk penyimpanan air juga untuk membantu pencernaan. Dalam retikulum makanan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang akan dimuntahkan lagi, dan dikunyah lagi dimasukkan ke dalam omasum selanjutnya ke abomasum.
e. Intestinum
Intestinum merupakan saluran pencernaan setelah lambung. Perbatasan antara lambung dengan intestinum terdapat suatu spinkter pilorus. Pencernaan makanan akan lebih sempurna setelah berada di intestinum. Sekresi dari kelenjar intestinal, empedu dari hati dan enzim dari pankreas akan merubah makanan menjadi senyawa yang dapat diabsorbsi. Instestinum vertebrata bentuknya panjang dan berkelok, kecuali pada pisces relatif lurus. Intestinum berakhir pada kloaka atau anus.
A
B
Gambar 2-9 : A. Lambung dari hewan pemamah biak (Ruminansia) terbagi atas rumen, retikulum, omasum dan abomasum, B. lambung manusia (sumber : Kent 1987)
Pada pisces misalnya hewan bersisik ganoid intestinumnya memiliki saekum pilorus yang terletak antara lambung dengan intestinum. Usus kasar pada pisces berakhir pada kloaka, dan pada beberapa pisces usus besarnya berakhir pada anus.
Pada amphibi intestinumnya panjang, namun usus besarnya relatif pendek dan lurus. Batas antara usus halus dengan usus besar mulai luas pada amphibi dan tetrapoda lainnya yaitu adanya spinkter meokalik. Batas antara usus halus dengan susu besar pada tetrapoda karena adanya meokalik.
Intestinum pada reptilia, burung dan mamalia lebih panjang dari pada intestinum amphibia. Usus besar lebih pendek dari pada usus halus. Pada burung, usus kasar berdiameter lebih kecil dari usus halus, sedangkan pada reptilia dan mamalia diameter usus kasar lebih besar. Pada reptilia, burung dan mamalia usus besar dapat dibagi menjadi kolon dan rektum.
Gambar 2-10 : A. Pertemuan usus halus dengan usus besar pada manusia; B. Pertemuan ileokalik, sekum, dan appendiks pada kelinci, B. sekum dan kolon pada kuda
2. Kelenjar Pencernaan
Selain itu ada kelenjar pencernaan yang berada di dalam dinding saluran pencernaan dan ada yang terdapat di luar saluran pencernaan
a. Pankreas
Pankreas terletak di bagian kauda lambung yang berbatasan dengan duodenum. Pankreas berwarna pucat, merupakan kelenjar yang bentuknya panjang, berlobus dan memiliki jumlah duktus pankreas yang bervariasi. Duktus pankreas dorsal maupun ventral berhubungan dengan duktus koledokus atau duodenum. Pada umumnya semua vertebrata memiliki pankreas. Pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon untuk pencernaan.
Pankreas pada pisces, misalnya Elasmobranchii memiliki dua lobus yang dihubungkan oleh isthmus. Pankreas pada amphibia memiliki satu duktus dan satu lobus, sedangkan pada reptilia memiliki lebih dari satu duktus, pada burung pankreasnya panjang memiliki tiga duktus pankreas. Pankreas mamalia berukuran besar, satu lobus dan satu duktus. Pada babi dan lembu jantan duktus ventral fusi dengan duktus kholedukus, sekretnya langsung dialirkan ke duodenum. Pada kucing, kuda, domba dan manusia satu duktusnya membesar dan fungsional sedang lainnya sebagai duktus asesoris.
Gambar 2-11 : Pankreas dan empedu manusia
b. Hati
Hati terletak di dalam rongga abdomen di bawah diafragma. Terdiri atas beberapa lobus, setiap lobus memiliki duktus hepatikus, sekretnya dialirkan melalui duktus tersebut selanjutnya menuju ke pembuluh empedu (duktus koledokus) dan bermuara di duodenum. Empedu dibuat dalam hati, dan ditampung dalam kantung empedu dan dikeluarkan melalui duktus sistikus selanjutnya ke duktus koledokus.
Gambar 2-12 : Hati dan kantung empedu manusia
Pada pisces, hatinya besar dan dibagi menjadi dua lobus, setiap lobus terbagi lagi menjadi beberapa lobus kecil. Setiap lobus memiliki duktus hepatikus. Pisces juga memiliki kantung empedu, demikian pula amphibia dan reptilia. Hati pada amphibia dan reptilia lebih besar daripada pisces. Burung memiliki dua atau lebih lobus hati, juga memiliki kantung empedu. Hati pada merpati memiliki dua duktus hepatikus. Pada mamalia, hati terbagi atas dua lobus besar dan setiap lobus terbagi menjadi lobus yang lebih kecil. Lobus kanan lebih besar daripada yang sebelah kiri. Semua hewan mamalia memiliki kantung empedu kecuali tikus, kuda, dan rusa
Gambar 2-14 : Hati dan kantung empedu manusia dan anjing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar