Ketergantungan dunia pada bahan bakat fosil menimbulkan konsekuensi besar. Bahan bakar fosil yang merupakan sumber energi yang tidak terbarukan semakin hari persediaannya semakin menipis, karena eksploitasi yang terus menerus. Hal ini menimbulkan kepanikan dan tanda tanya besar bagi masyarakat, sampai kapan kita bisa bergantung pada bahan bakar fosil?
Ketergantungan terhadap bahan bakar fosil setidaknya memiliki tiga ancaman serius, yakni (Indartono, 2007):
(1) Menipisnya cadangan minyak bumi yang diketahui (bila tanpa temuan sumur minyak baru),
(2) Kenaikan/ketidakstabilan harga akibat laju permintaan yang lebih besar dari produksi minyak, dan
(3) Polusi gas rumah kaca (terutama CO2) akibat pembakaran bahan bakar fosil. Kadar CO2 saat ini disebut sebagai yang tertinggi selama 125,000 tahun belakangan.
Hal inilah yang melatar belakngi lahirnya Inpres No. 10/2005 tentang hemat energi. Namun inpres ini hanyalah merupakan penyelesaian parsial dan tidak menyeluruh. Lantas bagaimana dalam jangka panjang, bangsa ini bisa memenuhi kebutuhan energinya yang setiap tahun terus meningkat. Penghematan memang mutlak harus dilakukan namun, pengembangan sumber-sumber energi alternatif yang tentunya bersifat renewable dan ramah lingkungan juga mutlak dikerjakan
Energi Alternatif Ramah Lingkungan
Indonesia sesungguhnya memiliki potensi sumber energi terbarukan dalam jumlah besar. Momentum krisis BBM saat ini merupakan waktu yang tepat untuk menata dan menerapkan dengan serius berbagai potensi tersebut. Meski saat ini sangat sulit untuk melakukan substitusi total terhadap bahan bakar fosil, namun implementasi sumber energi terbarukan sangat penting untuk segera dimulai
Salah satu sumber energi alternatif yang mungkin bisa diterapkan dalam skala luas adalah jarak pagar. Jarak pagar (Jatropha curcas), sudah sangat akrab dengan masyarakat pedesaan. Masyarakat desa pun sudah lama mengenal minyak jarak ini sebagai bahan bakar alternatif. Di NTT misalnya, masyarakat desa sudah terbiasa menggunakannya sebagai bahan bakar lentera. Bahkan pada masa penjajahan Jepang jarak pagar sudah dimanfaatkan untuk bahan bakar pesawat terbang dan minyak lampu.
Keunggulan Jarak Pagar
Kenapa tanaman jarak? Selain tanaman jarak Indonesia memiliki sekitar 40-an jenis tanaman lain yang dapat menghasilkan minyak dan dikembangkan sebagai biofuel. Namun dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya tanaman jarak memiliki banyak keunggulan.
Secara agronomis tanaman jarak merupakan tanaman yang tidak memerlukan perawatan yang intensif bahkan tidak perlu karena termasuk dalam kategori tanaman yang mudah tumbuh di lahan kritis. Hal ini menjadikan jarak pagar sebagai alternatif pilihan utama untuk dikembangkan.
Tanaman jarak pagar dapat difungsikan untuk memulihkan kembali lahan kritis yang saat ini mencapai sekitar 22 juta hektar. Dengan lahan seluas itu dan tingkat produktivitas minyak jarak sebesar 35% dari biji kering yang dihasilkan, setidaknya kita dapat memperoleh tidak kurang dari 600 juta barel minyak jarak setiap tahunnya. Angka tersebut melebihi kapasitas produksi minyak bumi indonesia yang rata-rata mencapai 500 juta barel.
Kendala Pengembangan Bioenergi dari Minyak Jarak
Issu pemanfaatan jarak pagar sebagai sumber energi alternatif sudah lama didengungkan. Namun, di Indonesia tanaman ini belum mendapat perhatian khusus karena pemerintah masih terbuai dengan kekayaan bahan bakar fosil di beberapa daerah.
Ada beberapa kendala pengembangan bahan bakar nabati dari minyak jarak di Indonesia saat ini, yaitu:
1. Secara Komersil belum bisa bersaing dengan bahan bakar fosil
Selama ini jarak pagar tidak dikembangkan sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak solar dan minyak tanah karena secara komersial tidak bisa bersaing dengan BBM solar dan minyak tanah yang relatif murah karena disubsidi pemerintah.
2. Pengembangan tanaman jarak dalam skala komersil dikhawatirkan akan merampas lahan potensial untuk tanaman pangan dan hortikultura.
Penanaman tanaman jarak dalam skala besar membutuhkan lahan yang tidak sedikit, dan hal ini akan merampas lahan potensial yang seharusnya diperuntukkan bagi tanaman pangan dan hortikultura. Pengembangan jarak dalam skala yang luas tentu saja mendapat tentangan dari berbagai elemen masyarakat khususnya dinas pertanian dan tanaman pangan
3. Tingginya biaya produksi dan sulitnya pemasaran
Budi daya tanaman jarak pagar sebagai sumber bahan bakar alternatif, tersandung masalah tingginya biaya produksi dan pemasaran. Akibatnya, semangat petani mengendur, bahkan di antaranya ada yang membabat kembali tanaman jarak yang diusahakannya. Hal ini terjadi karena belum adanya minat beli terhadap hasil panen. Sejauh ini pabrik pengolahan minyak jarak belum jelas.
Peluang dan solusi pengembangan
Namun demikian ide untuk menjadikan tanaman jarak sebagai sumber energi alternatif masih memiliki peluang besar untuk dikembangkan. Beberapa kendala pengembangan bioenergi minyak jarak diatas terjadi karena belum tersosialisasikannya potensi tanaman dan belum adanya perhatian serius pemerintah, akademisi maupun pelaku usaha terhadap pengembangan bio energi ini.
Ketika harga BBM meningkat tajam dan tampaknya tidak mungkin lagi menikmati BBM murah, maka semua pihak mulai sadar perlunya mencari bahan bakar alternatif, khususnya yang terbarukan. Mengalihkan perhatian dari bahan bakar fosil ke bahan bakar nabati (BBN) berbasis tanaman jarak ini merupakan keputusan yang bijak. Karena selain dapat mengatasi krisis energi BBN ini juga akan mengatasi krisis lingkungan akibat pencemmaran udara.
Kekhawatiran beberapa kalangan bahwa pengembangan tanaman jarak dalam skala luas akan merebut lahan-lahan potensial bagi tanaman pangan dan hortikultura sangat tidak beralasan. Karena pengembangan tanaman jarak secara komersial tidak mesti dilakukan dilahan potensial. Tanaman jarak dapat tumbuh dengan baik di berbagai kondisi lahan bahkan lahar marginal sekalipun.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan tanaman jarak dalam skala luas adalah dengan memanfaatkan lahan-lahan non potensial. Ada beberapa alternatif menarik yang bisa dikembangkan sebagai model diantaranya yaitu:
1. Pemanfaatan lahan tercemar limbah beracun.
Beberapa lahan bekas pembuangan limbah pabrik dan penambangan biasanya banyak mengandung limbah beracun Jika ditanami dengan tanaman budidaya selain akan menghambat pertumbuhan tanaman juga akan membahakan bagi kesehatan manusia yang mengkonsumsinya.
Tanaman jarak memiliki ketahanan yang cukup tinggi terhadap pencemaran logam berat. Diperkirakan tanaman jarak dapat tumbuh dengan baik pada lahan yang tercemar sekalipun. Saat ini sedang dikembangkan beberapa penelitian untuk mengetahui daya tahan jarak terhadap pencemaran logam berat dan zat berbahaya lainnya.
2. Pemanfaatan lahan kritis
Tanaman jarak merupakan jenis tanaman yang cukup toleran terhadap cekaman lingkungan. Tanaman ini bisa tumbuh di berbagai kondisi lahan. Dengan pengembangan tanaman jarak di lahan kritis ini kita dapat mengatasi dua permasalahan sekaligus yaitu krisis energi dan krisis ekologi/lingkungan.
3. Pengembangan program pagar jarak.
Pengembangan program pagar jarak ini sangat bermanfaat baik secara sosial maupun ekonomi. Model pelaksanaan program ini menuntut peran aktif masyarakat dalam pengembangan tanaman jarak. Jadi disini dibutuhkan pemahaman yang besar kepada masyarakat akan pentingnya pengembangan sumber energi alternatif.
Pada program ini setiap warga digalakkan untuk menanam pohon jarak sebagai pagar hidup disekeliling rumahnya. Selanjutnya hasil dari pohon jarak ini (buah jarak) dikumpulkan melalui mekanisme koperasi/kelompok tani/dasawisma yang selanjutnya diproses pada sebuah pabrik pengolahan yang sudah disediakan oleh pemerintah sebelumnya.
Jadi disini diperlukan sebuah perencanaan, sinergi/kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat. Ketika pemerintah menuntut masyarakat untuk mengembangkan tanaman jarak, pemerintah juga harus sudah siap dengan beragam kebijakan dan prasarana yang dapat menunjang kelangsungan dari program tersebut.
Seandainya ketiga model pengembangan yang telah disebutkan diatas dapat dilaksanakan maka banyak keuntungan yang akan diperoleh pemerintah dan masyarakat diantaranya yaitu:
1. menanggulangi krisis energi
2. Mengurangi lahan tidur yang tidak dapat dimanfaatkan karena pencemaran.
3. Peningkatan ekonomi masyarakat
4. menumbuhkan kesadaran penuh kepada masyarakat untuk berperan aktif dalam permasalahn krisis energi.
Sementara itu tingginya biaya produksi dan sulitnya pemasaran disebabkan oleh belum jelasnya proses off farm tanaman jarak. Minat investor untuk menanamkan modalnya untuk produksi bahan bakar nabati masih sangt rendah. Hal ini disebabkan oleh masih minimnya informasi tentng potensi minyak jarak di kalangan investor.
Oleh karena itu, kampanye tentang penggunaan bioenergi dan keunggulan minyak jarak perlu digalakkan di tengah-tengh masyarakt. Wacana tentang bioenergi ini harus menjadi prioritas utama untuk dikembangkan di tengah masyarakat. Upaya ini diharapkan dapat mendorong minat para investor untuk menanamkan modalnya di sektor ini.
Jika proses off farm dari tanaman jarak ini telah ditangani dengan baik maka animo petani untuk menanam jarak dengan sendirinya akan muncul. Jika pengusahaan tanaman jarak pagar dilakukan oleh petani, yang notabene adalah kelompok ekonomi lemah, maka pendapatan petani seluruh Indonesia akan meningkat.
Kesimpulan
Tanaman jarak merupakan sumber energi alternatif terbarukan yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan di Indonesia. Secara agronomis dan ekonomi pengembangan tanaman jarak dalam skala komersial sangat mungkin dilakukan.
Secara agronomis tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada berbagai kondisi lahan bahkan pada lahan marginal sekalipun. Tanaman ini tidak membutuhkan perawatan dan pengolahan lahan yang terlalu intensif sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Selain itu tanaman ini juga dapat bermanfaat untuk reklamasi lahan-lahan kritis.
Sacara ekonomi, penanaman tanaman jarak akan meningkatkan pendapatan petani yang merupakan golongan ekonomi lemah terutama di daerah yang memiliki lahan kritis seperti di daerah kering dan pasir pantai. Selain itu dalam skala rumah tangga pemanfaatan tanaman jarak untuk pagar hidup minimal dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan energi keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar