JADIKAN KAMI TUNAS-TUNAS BANGSA YANG BERILMU TINGGI

Rabu, 12 Maret 2008

MIKROBA

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hampir semua perairan yang ada di atas permukaan bumi telah mengalami pencemaran, tidka terkecuali air yang terlihat jernih dan murni sekalipun dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme pathogen yang dapat membahayakan kesehatan (Madigan et al., 1997). Beberapa peralatan dibutuhkan untuk menguji kualitas air minum, sehingga aman untuk dikonsumsi. Namun sayangnya peralatan ini tidak dapat langsung mendeteksi adanya bakteri pathogen tertentu pada air, sehingga hasilnya kurang valid, sehingga, untuk mengecek masing-masing sumber air minum, maka digunakan suatu organisme indikator yang ada pada sumber air minum tersebut untuk menguji kualitas air (Madigan et al., 1997). Untuk itulah pengujian kualitas air minum ini dilakukan.

Istilah mikroorganimens indukator, sebagaimana digunakan dalam analisis air mangacu pada sejenis mikroorganisme yang kehadirannya di dalam air merupakan bukti bahwa air tersebut terpopulasi oleh bahan tinja dari manusia atua hewan berdarah panas (Pelczar and Chan, 2005). Untuk kepentingan pengujian kualitas air minum ini. Maka beberapa spesies atau kelompok bakteri telah dievaluasi untuk menentukan sesuai tindakan untuk digunakan sebagai organisme indikator. Diantara organisme-organiems yang dipelajari, yang hampir memenuhi semua persyarata suatu organisme indikator yang ideal adalah koliform. Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya populasi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidka baik terhadap air (Fardiaz, 1993). Adanya bakteri koliform di dalam makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat enterapatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan.

Menurut Alcamo, (1996) bakteri koliform adalah kelompok bakteri gram negarif yang tidka dapat membentuk spora, yang berbentuk bacillus dan ditemukan di dalam usus halus manusia. Kelompk bakteri ini juga merupakan kelompok bakteri yang bersifat aerobik dan aerobik fakultatif, dan dapat memfermentasi laktose dengan pembentukan gas CO2 pada suhu 35oC, selama 48 jam ikubasi (Madigan et al., 1997). Bakteri koliform dapat dibedakan atas 2 grup yaitu : (1) koliform fekal, misalnya Escherichia coli, dan (2) koloform non-fekal, misalnya enterobaster aerogenes (Fardiaz, 1993). Koliform fekal adalah bakteri koliform yang berasal dari tinja manusia atau hewan berdarah panas lainnya. Sedangkan koliform non-fekal adalah bakteri koliform yang ditemukan pada hewan atau tanaman-tanaman yang telah mati.

Eschericia coli adalah penghuni normal saluran cerna manusia dan hewan berdarah panas, biasanya tidka patogenik. Untuk mengetahui jumlah koliform di dalam contoh biasanya digunakan metode MPN (most probable number) dengan cara fermentasi totung ganda, yang memiliki keunggulan berupa sifat yang lebih sensitif dan dapat mendeteksi koliform dalam jumlah yang sangat rendah di dalam contoh, dibandingkan dengan metode lain (Fardiaz, 1993). Pada metode uji ini, sampel air diencerkan ke dalam suatu medium yan gsecara spesifik dapat mendukung pertumbhan bakteri koliform (Mckane and Kandel, 1996). Jika sampel tersebut diencernak dengan prosedur yang sesuai, maka akan diperoleh suatu hasil dimana pada sampel yang telah diencerkan tersebut tidak akan terdapat bakteir koliform. Nilai akhir ini dapat digunakan untuk memperkirakan populasi awal dari koliform yang terrdapat pada sampel (Mckane and Kandel, 1993). Uji kualitatif koliform secara lengkap terdiri dari tiga langkah berurutan yaitu : (1) uji dugaan (presumptive test), (2) uji yang diperkuat (confirmed test), dan (3) uji pelengkap (completed test), dan (3) uji pelengkap (completed test) (Pelsczar and Chan, 2005).

1.2 Rumusan Masalah

  1. Bagaimanakan cara pengindetifikasian terhadap penguhian kualitas air?
  2. Metode apakah yang sering digunakan untuk menguji kualitas air?
  3. Bagaimana kualitas dari sampel air yang diujikan?

1.3 Tujuan

  1. Untuk mengetahui cara pengidentifikasian terhadap pengujian kualitas air
  2. Untuk mengetahui jenis metode yang sering digunakan adalam pengujian kualitas air
  3. Untuk mengetahui kualitas dari sampel air yang diujikan

II. MATERI METODE

2.1. Uji Dugaan

Dipipet masing-masing 10 ml air sampel dan dimasukkan ke dalam 3 seri tabung reaksi yang berisi medium kaldu laktosa konsentrasi ganda. Dipipet masing-masing 1 ml air sampel dan dimasukkan ke dalam 3 seri tabung reaksi yang berisi medium kaldu laktosa konsentrasi normal, dan dipipet lagi masing-masing 0,1 ml air sampel dan dimasukkan ke dalam 3 seri tabung reaksi yang berisi medium kaldu laktosa konsentrasi normal, kemudian diinkubasi pada temperatur 37oC selama 24-48 jam. Hasil diamati, hasil positif akan ditunjukan oleh adanya gas dalam tabung durham.

2.2. Uji Penetapan

Bila tabung pada uji dugaan menunjukan hasil positif, diinokulasikan ke dalam medium BGBB dengan cara diambil 1 tetes dengan menggunakan jarum Ose. Medium BGBB yang telah diinokulasi dengan suspensi bakteri yang tumbuh pada medium kaldu laktosa diinkubasi. Kemudian, tabung yang menunjukkan hasil positif dalam medium BGBB ini, digesekkan pada permukaan medium Endo Agar atau medium EMBA, dan diinkubasi pada suhu 37C selama 24 jam. Bila dalam sampel terdapat bakteri golongan coli, maka akan terlihat adanya koloni yang berwarna merah kehijauan yang mengkilat.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Pengamatan

3.1.1. Tabel hasil pemeriksaan kualitas air

No.

Kelompok

Sampel

Jumlah Coliform/100 mL

Jumlah E. coli/100 mL

1

IB

Air sungai

1100/100 mL

Seri: 3, 3, 2

0/100 mL

2

IIB

Air sumur

14/100 mL

Seri: 2, 0, 1

0/100 mL

3

IIIB

Air kolam

1100/100 mL

Seri: 3, 3, 2

3/100 mL

4

IVB

Air laut

240/100 mL

Seri: 2, 0, 0

9/100 mL

5

VB

Air isi ulang

3/100 mL

Seri: 0, 2, 0

0/100 mL

6

VIB

Air kemasan

3/100 mL

Seri: 0, 2, 0

0/100 mL

3.2. Pembahasan

Pada percobaan pengujian terhadap kualitas air minum ini digunakan enam sampel uji yaitu air sungai, air sumur, air kolam, air laut, air isi ulang, dan air kemasan. Dari keenam sampel air tersebut akan diuji untuk mengetahui bahwa air tersebut layak untuk digunakan untuk air minum atau tidak. Kelayakan sampel air ini diidentifikasi dari bakteri indikator yang sering digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran air, yaitu bakteri koliform.

Menurut Alcamo, (1996) bakteri koliform adalah kelompok bakteri gram negatif yang tidak dapat membentuk spora, yang berbentuk bacillus dan ditemukan di dalam usus halus manusia. Kelompk bakteri ini juga merupakan kelompok bakteri yang bersifat aerobik dan aerobik fakultatif, dan dapat memfermentasi laktose dengan pembentukan gas CO2 pada suhu 35oC, selama 48 jam ikubasi (Madigan et al., 1997). Bakteri koliform dapat dibedakan atas 2 grup yaitu : (1) koliform fekal, misalnya Escherichia coli, dan (2) koloform non-fekal, misalnya enterobaster aerogenes (Fardiaz, 1993). Koliform fekal adalah bakteri koliform yang berasal dari tinja manusia atau hewan berdarah panas lainnya. Sedangkan koliform non-fekal adalah bakteri koliform yang ditemukan pada hewan atau tanaman-tanaman yang telah mati. Eschericia coli adalah penghuni normal saluran cerna manusia dan hewan berdarah panas, biasanya tidak patogenik.

Dari percobaan pertama didapatkan hasil pengamatan, yaitu pada uji penetap koliform, pada media BGBB yaitu pada air sungai didapatkan hasil bahwa pada seri pengenceran 10 mL terdapat 3 tabung yang positif mengandung mikroba pembentuk gas yang diindikasikan dengan adanya gas CO2 pada tabung durham. Sementara itu, pada seri pengenceran 1 mL juga terdapat 3 tabung yang positif mengandung mikroba. Hal serupa terjadi pada seri pengenceran 0,1 mL. Sehingga dengan demikian semua tabung pada uji penguat sampel air sungai mengandung mikroba. Ini berarti sampel air sungai tersebut mengandung mikroba dalam jumlah yang sangat banyak, karena menurut Fardiaz, (1993), seharusnya semakin kecil seri pengenceran sampel uji maka semakin negatif jumlah kolliform yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan pembandingan seri tabung yang positif mengandung koliform dengan tabel MPN seri 9 tabung didapatkan bahwa jumlah bakteri koliform pada air sungai per 100 mL adalah sebanyak 1100. Angka ini berasal dari seri tabung yang positif mengandung koliform yaitu 3 3 3. Namun seri 3 3 3 ini tidak terdapat dalam tabel MPN, sehingga digunakan seri yang paling mendekati yaitu 3 3 2. Seri 3 3 3 merupakan seri yang mengandung jumlah bakteri koliform yang paling maksimal. Ini berarti bahwa air sungai tersebut banyak mengandung bakteri koliform. Adanya bakteri koliform pada sampel air sungai ini dalam jumlah yang sangat banyak ini disebabkan oleh adanya zat-zat pencemar seperti sampah dan limbah rumah tangga, serta buangan yang berasal dari aktivitas MCK masyarakat (pembuangan feses) yang akan sangat mencemari keadaan sampel air tersebut.

Masih pada sampel air yang sama, jumlah bakteri E.coli yang didapat pada uji penetap dengan menggunakan medium EMBA, didapatkan bahwa tidak ditemukannya bakteri E. coli pada sampel air tersebut, padahal pada uji koliform sebelumnya jumlah bakteri koliform mencapai seri yang paling maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa pada uji koliform bakteri yang positif teridentifikasi bukanlah bakteri koliform jenis E. coli, sehingga pada saat dilakukan uji penetap tidak ditemukan bakteri E. coli.kemungkinan lain yang dapat terjadi adalah pada saat dilakukan inokulasi bakteri E. coli tersebut tersentuh oleh ose yang masih dalam keadaaan panas, sehingga bakteri E. coli tersebut mati. Berdasarkan tabel baku mutu air sungai, diketahui jumlah koliform yang masih diizinkan terdapat pada air sungai sebagai air minum adalah sebanyak 10 x 103 MPN per 100 ml. Sehingga sampel air sungai di atas yang mengandung koliform sebanyak 1100 MPN per 100 ml, masih layak untuk digunakan sebagai air minum. Walaupun keadaan air ini masih layak untuk digunakan, namun demi menjaga kesehatan masyarakat, air yang memiliki jumlah koliform sebesar ini harus dihindari untuk dikonsumsi.

Dari percobaan kedua ini didapatkan hasil pengamatan, yaitu pada uji penetap koliform, pada media BGBB yaitu pada air sumur didapatkan hasil bahwa pada seri pengenceran 10 mL hanya terdapat 2 tabung yang positif mengandung mikroba pembentuk gas yang diindikasikan dengan adanya gas CO2 pada tabung durham. Sementara itu, pada seri pengenceran 1 mL dan 0,1 ml tidak terdapat tabung yang positif mengandung mikroba. Ini berarti sampel air sungai tersebut mengandung mikroba dalam jumlah yang sangat banyak. Menurut Fardiaz, (1993), seharusnya semakin kecil seri pengenceran sampel uji maka semakin negatif jumlah koliform yang terkandung di dalamnya. Ini berarti hasil yang diperoleh tersebut bersesuaian dangan pustaka. Berdasarkan pembandingan seri tabung yang positif mengandung koliform dengan tabel MPN seri 9 tabung didapatkan bahwa jumlah bakteri koliform pada air sumur per 100 mL adalah sebanyak 14. Angka ini berasal dari seri tabung yang positif mengandung koliform yaitu 2 0 0. Adanya bakteri koliform sebanyak 14 MPN per 100 mL pada sampel air sumur ini merupakan jumlah yang cukup sedikit, karena air sumur biasanya berasal dari air tanah yang sifatnya masih murni.

Masih pada sampel air yang sama, jumlah bakteri E.coli yang didapat pada uji penetap dengan menggunakan medium EMBA, didapatkan bahwa tidak ditemukannya bakteri E. coli pada sampel air tersebut sehingga sama dengan hasil yang ditunjukkan oleh pengujian dengan sampel air sungai. Tidak terdapatnya bakteri E. coli pada sampel ini, kemungkinan disebabkam karena air sumur tersebut benar-benar tidak mengandung E. coli atau sampel dari pengidentifikasian sebelumnya, bakteri E. coli yang terdapat di dalamnya tidak tersuspensi secara merata. Kemungkinan lain yang dapat terjadi adalah pada saat dilakukan inokulasi bakteri E. coli tersebut tersentuh oleh ose yang masih dalam keadaaan panas, sehingga bakteri E. coli tersebut mati. Keadaan sampel air sudah dapat dikatakan memiliki angka aman untuk digunakan dalam kebutuhan sehari-hari terutama sebagai air minum.

Dari percobaan ketiga didapatkan hasil pengamatan, yaitu pada uji penetap koliform, pada media BGBB yaitu pada air kolam didapatkan hasil bahwa pada seri pengenceran 10 mL terdapat 3 tabung yang positif mengandung mikroba. Adanya mikroba dalam sampel tersebut dapat diketahui dari terbentuknya gas CO2 pada tabung durham. Sementara itu, pada seri pengenceran 1 mL juga terdapat 3 tabung yang positif mengandung mikroba. Hal serupa terjadi pada seri pengenceran 0,1 mL. Sehingga dengan demikian semua tabung pada uji penguat sampel air kolam mengandung mikroba. Ini berarti sampel air sungai tersebut mengandung mikroba dalam jumlah yang sangat banyak, karena menurut Fardiaz, (1993), seharusnya semakin kecil seri pengenceran sampel uji maka semakin negatif jumlah kolliform yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan pembandingan seri tabung yang positif mengandung koliform dengan tabel MPN seri 9 tabung didapatkan bahwa jumlah bakteri koliform pada air sungai per 100 mL adalah sebanyak 1100. Angka ini berasal dari seri tabung yang positif mengandung koliform yaitu 3 3 3. Namun seri 3 3 3 ini tidak terdapat dalam tabel MPN, sehingga digunakan seri yang paling mendekati yaitu 3 3 2. Seri 3 3 3 merupakan seri yang mengandung jumlah bakteri koliform yang paling maksimal. Ini berarti bahwa air kolam tersebut banyak mengandung bakteri koliform. Adanya bakteri koliform pada sampel air kolam ini dalam jumlah yang sangat banyak ini disebabkan oleh adanya zat-zat pencemar seperti kotoran-kotoran ikan. Dan juga zat pencemar lain seperti adanya pakan ikan yang mengendap pada dasar kolam.

Masih pada sampel air yang sama, jumlah bakteri E.coli yang didapat pada uji penetap dengan menggunakan medium EMBA, didapatkan bahwa terdapat bakteri E. coli pada seri 0,1 ml pada sampel air dan hanya pada 1 tabung saja. Jumlah E. coli tersebut sebanyak 3 E. coli per 100 ml, yang sesuai dengan hasil pada uji koliform sebelumnya, dimana jumlah bakteri koliform mencapai jumlah yang cukup banyak. Hal ini menunjukkan bahwa pada uji koliform bakteri yang positif teridentifikasi diantaranya memang terdapat bakteri koliform jenis E. coli, sehingga pada saat dilakukan uji penetap ditemukan bakteri E. coli yang ditumjukkan dengan terbentuknya koloni bakteri yang berwarna hijau metalik.Air kolam biasanya digunakan dalam bidang perikanan, sehingga berdasarkan tabel baku mutu air, diketahui jumlah koliform yang masih diizinkan terdapat pada air kolam sesuai dengan potensinya yaitu untuk perikanan adalah sebanyak 20 x 103 MPN per 100 ml. Sehingga sampel air kolam di atas yang mengandung koliform sebanyak 1100 MPN per 100 ml, masih layak untuk digunakan sebagai pendukung dalam usaha perikanan. Sedangkan jumlah E. coli yang masih diperbolehkan berdasarkan tabel baku mutu air adalah sebanyak 40 x 102 MPN per 100 ml. Sehingga air kolam ini masih layak untuk digunakan dalam usaha perikanan.

Dari percobaan ketiga didapatkan hasil pengamatan, yaitu pada uji penetap koliform, pada media BGBB yaitu pada air kolam didapatkan hasil bahwa pada seri pengenceran 10 mL terdapat 3 tabung yang positif mengandung mikroba. Adanya mikroba dalam sampel tersebut dapat diketahui dari terbentuknya gas CO2 pada tabung durham. Sementara itu, pada seri pengenceran 1 mL juga terdapat 3 tabung yang positif mengandung mikroba. Hal serupa terjadi pada seri pengenceran 0,1 mL. Sehingga dengan demikian semua tabung pada uji penguat sampel air kolam mengandung mikroba. Ini berarti sampel air sungai tersebut mengandung mikroba dalam jumlah yang sangat banyak, karena menurut Fardiaz, (1993), seharusnya semakin kecil seri pengenceran sampel uji maka semakin negatif jumlah kolliform yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan pembandingan seri tabung yang positif mengandung koliform dengan tabel MPN seri 9 tabung didapatkan bahwa jumlah bakteri koliform pada air sungai per 100 mL adalah sebanyak 1100. Angka ini berasal dari seri tabung yang positif mengandung koliform yaitu 3 3 3. Namun seri 3 3 3 ini tidak terdapat dalam tabel MPN, sehingga digunakan seri yang paling mendekati yaitu 3 3 2. Seri 3 3 3 merupakan seri yang mengandung jumlah bakteri koliform yang paling maksimal. Ini berarti bahwa air kolam tersebut banyak mengandung bakteri koliform. Adanya bakteri koliform pada sampel air kolam ini dalam jumlah yang sangat banyak ini disebabkan oleh adanya zat-zat pencemar seperti kotoran-kotoran ikan. Dan juga zat pencemar lain seperti adanya pakan ikan yang mengendap pada dasar kolam.

Masih pada sampel air yang sama, jumlah bakteri E.coli yang didapat pada uji penetap dengan menggunakan medium EMBA, didapatkan bahwa terdapat bakteri E. coli pada seri 0,1 ml pada sampel air dan hanya pada 1 tabung saja. Jumlah E. coli trsebutut sebanyak 3 E. coli per 100 ml, yang sesuai dengan hasil pada uji koliform sebelumnya, dimana jumlah bakteri koliform mencapai jumlah yang cukup banyak. Hal ini menunjukkan bahwa pada uji koliform bakteri yang positif teridentifikasi diantaranya memang terdapat bakteri koliform jenis E. coli, sehingga pada saat dilakukan uji penetap ditemukan bakteri E. coli yang ditumjukkan dengan terbentuknya koloni bakteri yang berwarna hijau metalik.Air kolam biasanya digunakan dalam bidang perikanan, sehingga berdasarkan tabel baku mutu air, diketahui jumlah koliform yang masih diizinkan terdapat pada air kolam sesuai dengan potensinya yaitu untuk perikanan adalah sebanyak 20 x 103 MPN per 100 ml. Sehingga sampel air kolam di atas yang mengandung koliform sebanyak 1100 MPN per 100 ml, masih layak untuk digunakan sebagai pendukung dalam usaha perikanan. Sedangkan jumlah E. coli yang masih diperbolehkan berdasarkan tabel baku mutu air adalah sebanyak 40 x 102 MPN per 100 ml. Sehingga air kolam ini masih layak untuk digunakan dalam usaha perikanan.

Dari percobaan keempat didapatkan hasil pengamatan, yaitu pada uji penetap koliform, pada media BGBB yaitu pada air laut didapatkan hasil bahwa pada seri pengenceran 10 mL terdapat 3 tabung yang positif mengandung mikroba pembentuk gas yang diindikasikan dengan adanya gas CO2 pada tabung durham. Sementara itu, pada seri pengenceran 1 mL terdapat 3 tabung yang positif mengandung mikroba. Sedangakan pada seri pengenceran 0,1 mL tidak ditemukan mikroba. Ini berarti sampel air laut tersebut mengandung mikroba dalam jumlah yang sedang. Menurut Fardiaz, (1993), seharusnya semakin kecil seri pengenceran sampel uji maka semakin negatif jumlah kolliform yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan pembandingan seri tabung yang positif mengandung koliform dengan tabel MPN seri 9 tabung didapatkan bahwa jumlah bakteri koliform pada air sungai per 100 mL adalah sebanyak 240. Angka ini berasal dari seri tabung yang positif mengandung koliform yaitu 3 3 0. Seharusnya pada sampel air laut ini tidak terdapat bakteri, karena air laut memiliki salinitas yang tinggi, sehingga pada keadaan tersebut bakteri akan mengalami kematian karena dinding selnya megalami lisis dan mengkerut.

Masih pada sampel air yang sama, jumlah bakteri E.coli yang didapat pada uji penetap dengan menggunakan medium EMBA, didapatkan bahwa terdapat bakteri E. coli pada seri 0,1 ml pada sampel air dan hanya pada 1 tabung saja. Jumlah E. coli tersebut sebanyak 3 E. coli per 100 ml, yang sesuai dengan hasil pada uji koliform sebelumnya, dimana jumlah bakteri koliform mencapai jumlah yang cukup banyak. Hal ini menunjukkan bahwa pada uji koliform bakteri yang positif teridentifikasi diantaranya memang terdapat bakteri koliform jenis E. coli, sehingga pada saat dilakukan uji penetap ditemukan bakteri E. coli yang ditumjukkan dengan terbentuknya koloni bakteri yang berwarna hijau metalik.Air kolam biasanya digunakan dalam bidang perikanan, sehingga berdasarkan tabel baku mutu air, diketahui jumlah koliform yang masih diizinkan terdapat pada air kolam sesuai dengan potensinya yaitu untuk perikanan adalah sebanyak 20 x 103 MPN per 100 ml. Sehingga sampel air kolam di atas yang mengandung koliform sebanyak 1100 MPN per 100 ml, masih layak untuk digunakan sebagai pendukung dalam usaha perikanan. Sedangkan jumlah E. coli yang masih diperbolehkan berdasarkan tabel baku mutu air adalah sebanyak 40 x 102 MPN per 100 ml. Sehingga air kolam ini masih layak untuk digunakan dalam usaha perikanan.


SELAMAT DATANG DI BLOG SONEOGONDRONG@GMAIL.COM WWW.LAROSOSENG.ORG

Tidak ada komentar:

Templates-Gallery