FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYAN
BUKIT JIMBARAN
Seminar Hasil Penelitian : Mawarto Sitepu, S.TP
Hari/Tanggal : 14 Juni 2008
Waktu/Tempat : Universitas Udayana
MAWARTO SITEPU. NIM : 03.111.05.035. 2008. The Effect Sugar Concentration and Warming Temperatures On The Characteristic Of Tamarillo Jam, Supervised by Ir. Agus Selamet Duniaji, M.Si., and Ni Wayan Wisaniyasa, S.TP., MP
ABSTRACT
The title of research about " The Effect Of Sugar Concentration and Warming Temperatures On The Characteristic Tamarillo Jam " have two aims. The first aim to know effect sugar concentration and temparature warming to tamarillo jam characteristic. The second aim to know sugar concentration and good temparature warming to produce tamarillo jam by the best characteristic.
This research used random project group (RAK) factorial methods by 2 factor there are the first factor is sugar concentration wich 3 level there are 45%, 50%, and 55%. The second factor is temparature warming wich 3 level there are 60°C, 70°C and 80°C. The activities repeated have twice and to produce 18 unit experiment. Date result and analysis with manner investigate and get real differences so be continued by differences of real smallerst test (BNT).
Based the objective test and subjective test by adding 55% concentration and 60°C temperature warming will be producing the tamarillo jam with 0,30% anthosianin criteria, 3,605 temperature acid (pH) 0,0080 g/cm.sec. viscositas dimention, total of dissolve cramming 62,1°Brix, 3,75 colour (red mostly), 3,25 smell (tamarillo smell mostly ), 3,6 model (thick), 3,70 taste (tamarillo particular taste) and all receipt 5,1 (mostly like this taste).
Keywords: sugar, temperatures, characteristic, tamarillo jam.
MAWARTO SITEPU. NIM : 03.111.05.035. 2008. Pengaruh Konsentrasi Gula dan Suhu Pemanasan Terhadap Karakteristik Jam Tamarillo (Chyphomandra betacea), di bawah bimbingan Ir. Agus Selamet Duniaji, M.Si., selaku pembimbing I dan Ni Wayan Wisaniyasa, S.TP., MP selaku pembimbing II.
ABSTRAK
Penelitian dengan judul “Pengaruh Konsentrasi Gula dan Suhu Pemanasan Terhadap Karakteristik Jam Tamarillo” memiliki 2 tujuan. Tujuan pertama adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gula dan suhu pemanasan terhadap karakteristik jam tamarillo. Tujuan yang kedua adalah untuk mengetahui konsentrasi gula dan suhu pada proses pemanasan yang tepat sehingga dihasilkan jam tamarillo dengan karakteristik yang terbaik.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial dengan 2 faktor yaitu: faktor pertama adalah konsentrasi gula yang terdiri dari 3 level yaitu 45%, 50% dan 55%. Faktor kedua adalah suhu pemanasan yang terdiri dari 3 level yaitu 60°C, 70°C dan 80°C. Perlakuan diulang sebanyak 2 kali sehingga diperoleh 18 unit percobaan. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan apabila terdapat perbedaan nyata maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT).
Berdasarkan uji objektif dan uji subyektif perlakuan konsentrasi gula 55% dan suhu pemanasan 60 ºC menghasilkan jam tamarillo berkarakteristik yang terbaik dengan kriteria kandungan antosianin 0,30%, derajat keasaman (pH) 3,60 (asam), dimensi viskositas 0,008 g/cm.sec, total padatan terlarut 62,1 ºBrix, warna 3,75 (agak merah), aroma 3,25 (agak beraroma khas tamarillo), tekstur 3,6 (kental), rasa 3,7 (bercitarasa khas tamarillo) dan penerimaan keseluruhan 5,1 (agak suka).
Kata kunci: gula, suhu, karakteristik, jam tamarillo
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Buah tamarillo (Cyphomandra betacea) mempunyai kandungan gizi dan vitamin yang sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia seperti antosianin, karotenoid, vitamin A, B6, C, dan E. sehingga ditinjau dari aspek fungsionalnya ternyata buah tamarillo mempunyai khasiat yang sangat baik sebagai sumber antioksidan alami (Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006). Buah tamarillo jarang dihidangkan sebagai buah meja karena rasanya yang cenderung asam. Buah ini lebih cocok jika di hidangkan dalam bentuk olahan, seperti dibuat sirup, jam, jus atau menjadi bahan campuran salad (Budi, 2006). Dengan rasa asam yang sangat tinggi dari buah tamarillo menyebabkan banyak orang tidak suka mengkonsumsi buah tersebut dalam keadaan segar sehingga diperlukan upaya untuk mengolah buah tamarillo seperti dijadikan jam.
Dalam pembuatan jam selain memerlukan pektin dan asam juga diperlukan gula. Penambahan gula dalam jam adalah untuk memperoleh tekstur, penampakan dan flavour yang ideal. Selain itu, gula dapat pula berfungsi sebagai pengawet. Pada proses pembuatanya memerlukan proses pemanasan, maka suhu pemanasan sangat berperan penting dalam pembuatan jam untuk mencapai kekentalan yang optimal. Sampai saat ini belum ada penelitian tentang pengaruh konsentrasi gula dan perlakuan suhu terhadap karakteristik jam buah tamarillo yang dihasilkan, maka penelitian yang berjudul pengaruh konsentrasi gula dan suhu pemanasan terhadap karakteristik jam tamarillo perlu dilakukan untuk mengetahui cara yang terbaik untuk memproduksi jam buah tamarillo.
Perumusan Masalah
Bagaimanakah pengaruh konsentrasi gula dan suhu pemanasan terhadap karakteristik jam tamarillo yang dihasilkan?
Berapa konsentrasi gula dan suhu yang tepat pada proses pemanasan sehingga dihasilkan jam tamarillo dengan karakteristik yang terbaik?
Hipotesis
Konsentrasi gula dan suhu pemanasan berpengaruh terhadap karakteristik jam tamarillo.
Konsentrasi gula dan suhu pemanasan tertentu akan menghasilkan jam tamarillo dengan karakteristik yang terbaik.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gula dan suhu pemanasan terhadap karakteristik jam tamarillo.
Untuk mengetahui konsentrasi gula dan suhu pada proses pemanasan yang tepat sehingga dihasilkan jam tamarillo dengan karakteristik yang terbaik.
Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
Dapat dijadikan sebagai informasi mengenai pengaruh konsentrasi gula dan suhu pemanasan terhadap karakteristik jam tamarillo yang dihasilkan.
Bagi produsen yang ingin memproduksi jam dengan memanfaatkan Tamarillo sebagai bahan baku pembuatan jam, dapat dijadikan pedoman atau informasi dalam memilih konsentrasi gula dan suhu pemanasan yang tepat, sehingga dapat dihasilkan jam dengan karakteristik terbaik.
II. METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu buah tamarillo (Cyphomandra betacea) yang kulitnya berwarna merah kekuningan atau ungu tua dengan tekstur agak lunak bila ditekan dengan jari tangan dan relatif berbau harum . Buah tamarillo diperoleh dari pasar Badung dengan cara membeli langsung dari pedagang yang sama dengan tujuan untuk memperoleh bahan yang seragam. Bahan lain yang digunakan jeruk nipis yang diperoleh dari pedagang yang sama dan gula pasir diperoleh dari Alfa supermarket Jl. Diponegoro. Bahan yang dipakai untuk analisis kimia adalah Aquadest, HCL, methanol, KCL, 0,1 larutan asam sitrat, 0,1 M dan 0,1 M Na- sitrat.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu panci stainless steel untuk memasak jam, panci air panas (boiling pan) stainlees steel untuk sterilisasi, botol jam dengan penutup, termometer, alat pengukur waktu (timer), blender (Philips), waskom, kompor gas (Rinnai), kertas saring, corong, dan pengaduk. Alat lain yang diperlukan untuk analisis antara lain : pH-meter digital, hand refractometer, kaca miring dengan sudut kemiringan 45o, gelas ukur (Pyrex), beaker glass (Pyrex), pipet tetes, termometer, dan timbangan analitik (Mettler toledo PG8001).
2.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana, Laboratorium pengolahan hasil pertanian Fakultas Teknologi Pertanian, Bukit Jimbaran Universitas Udayana, Laboratorium Kimia Analitik Universitas Udayana serta Laboratorium Biosain dan Bioteknologi Universitas Udayana. Waktu pelaksanaan mulai awal Desember sampai dengan akhir Februari 2008.
Proses Penelitian
a. Sortasi Buah Tamarillo
Buah tamarillo yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah buah yang telah masak mempunyai ciri-ciri antara lain kulit buah berwarna merah kekuningan atau ungu tua, rasa manis dengan tekstur agak lunak bila ditekan dengan jari tangan dan relatif berbau harum.
b. Pencucian, Pengupasan dan Pembuatan Bubur Buah
Buah tamarillo yang masak selanjutnya dicuci dan dikupas, dagingnya dipotong, dan kulitnya dibuang. Daging buah selanjutnya dirubah menjadi bubur buah dengan cara menghancurkanya di dalam blender. Kemudian dilakukan penyaringan untuk memisahkan biji dari bubur buah.
c. Pencampuran
Bubur buah kemudian ditambahkan gula 45%, 50%, dan 55% dari total bahan. Setelah itu diaduk merata agar campuran homogen. Pengaturan pH bahan menjadi 3,5 dilakukan dengan penambahan air jeruk nipis sehingga diperoleh bahan campuran dengan pH yang seragam.
d. Pemanasan Bubur Buah
Pada proses pemanasan ini, bubur buah tidak langsung bersentuhan dengan api tetapi dengan panci pemasak yang berisi air mendidih. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari laju pencoklatan (browning) dan mempertahankan warna sesuai dengan yang diinginkan.
Pada proses pemanasan ini, suhu bahan divariasikan yaitu 60 oC, 70 oC, dan 80 oC. Suhu bahan dijaga agar tetap konstan dengan mengatur sistem pengapian pada kompor. Toleransi fluktuasi suhu bahan pada saat proses pemanasan adalah ± 2 oC. Pemanasan diteruskan sambil diaduk secara merata dan dihentikan setelah kekentalan jam terpenuhi. Tes kekentalan dapat dilakukan dengan cara mencelupkan garpu ke dalam jam kemudian diangkat. Apabila jam tersebut jatuhnya lambat berarti jam telah masak (kekentalannya terpenuhi). Akan tetapi apabila jam tersebut jatuhnya cepat maka kekentalannya belum tercapai sehingga pemanasan masih dilanjutkan. Pada penelitian ini waktu yang digunakan untuk pemanasan sekitar 20 ± 2 menit.
e. Pembotolan dan Penutupan
Sebelum dilakukan proses pembotolan terlebih dahulu botol yang digunakan sebagai wadah jam disterilisasi dengan uap panas selama 30 menit. Dengan cara demikian, dapat memperkecil tercemarnya kembali botol oleh udara dari luar sebelum proses pengisian. Pengisian jam ke dalam botol dilakukan pada saat jam masih keadaan panas sampai batas ± 1 cm dari permukaan botol. Selanjutnya, botol ditutup secara rapat.
f. Sterilisasi
Jam yang telah dimasukkan ke dalam botol selanjutnya di sterilisasikan. Proses sterilisasi bertujuan untuk membebasan produk dari semua mikroba perusak. Sterilisasi dilakukan dengan uap panas selama 20 menit. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada gambar 1.
2.3.1. Diagram Alir Penelitian
Buah tamarillo merah
Kulit
Biji
Bubur buah
Gula 45%, 50%, dan 55% Pengaturan pH 3,5 dengan jeruk nipis
Jam
Botol disterilisasi dengan suhu 100 0C selama 30 menit
Jam tamarillo
Gambar 1. Diagram Alir Proses Pembuatan Jam Tamarillo
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan pada penelitian ini menggunakan RAK pola faktorial, yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama yaitu pengaturan konsentrasi gula yang terdiri dari 3 level sebagai berikut:
G1 = 45%
G2 = 50%
G3 = 55%
Faktor kedua yaitu suhu pemanasan yang terdiri dari 3 level sebagai berikut :
T1 = 60 0C
T2 = 70 0C
T3 = 80 0C
Ulangan dilakukan sebanyak 2 kali sehingga diperoleh 18 unit percobaan. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan apabila berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT).
Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi: kandungan antosianin, pH, viskositas, total padatan terlarut serta uji organoleptik (warna, aroma, rasa, tekstur dan penerimaan keseluruhan).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Uji Obyektif
Uji obyektif meliputi analisis kandungan antosianin, derajat keasaman (pH), dimensi viskositas, dan total padatan terlarut yang terdapat pada jam tamarillo.
3.1.1. Kandungan Antosianin
Berdasarkan analisis ragam, diperoleh bahwa interaksi antara kedua perlakuan, konsentrasi gula menunjukkan hasil yang berpengaruh tidak nyata (P>0,05), sedangkan suhu pemanasan menunjukkan hasil yang berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan antosianin jam tamarillo. Nilai rata-rata kandungan antosianin jam tamarillo Tabel 1.
Tabel 1. Nilai rata-rata kandungan antosianin jam tamarillo (%).
Suhu (°C) | Konsentrasi Gula (%) | Rata-rata | ||
G1 (45) | G2 (50) | G3 (55) | ||
T1 (60) | 0,28 | 0,25 | 0,30 | 0,28 a |
T2 (70) | 0,28 | 0,23 | 0,29 | 0,26 a |
T3 (80) | 0,21 | 0,18 | 0,22 | 0,20 b |
Rata=rata | 0,25 a | 0,22 a | 0,27 a |
|
Keterangan: Huruf yang berbeda di belakang nilai rata-rata pada baris atau kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).
Hasil uji kandungan antosianin jam tamarillo berkisar antara 0,18 hingga 0,30. Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan suhu 60°C (T1) dan suhu 70°C (T2) memperlihatkan perbedaan yang tidak nyata, sedangkan antara T1, T2 dengan T3 (perlakuan suhu 80°C) berbeda nyata. Tabel 1 memperlihatkan kecendrungan semakin tingginya suhu pemanasan yang digunakan saat proses pemasakan jam tamarillo maka kandungan antosianin pada produk tersebut semakin rendah.
Tabel 1 menunjukkan bahwa konsentrasi gula berpengaruh tidak nyata terhadap kandungan antosianin. Hal ini disebabkan karena sifat gula yang netral, sehingga tidak berpengaruh terhadap perubahan pH yang dapat menurunkan stabilitas kandungan antosianian. Namun penurunan kandungan antosianin jam tamarillo tersebut disebabkan karena pada pemasakan dengan suhu tinggi menyebabkan banyak senyawa antosianin yang menguap bersamaan dengan air. Antosianin bersifat larut dalam air dan merupakan senyawa volatil, disamping itu suhu yang tinggi menyebabkan pH semakin meningkat sehingga pada pH yang tinggi atosianin tidak stabil dan kandunganya akan semakin rendah.
Menurut Kumalaningsih, (2006) stabilitas antosianin dipengaruhi oleh pH dan panas. Kecepatan kerusakan antosianin pada pH yang lebih tinggi dan juga reaksi ini lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi. Menurut Rodger (1997), pada kondisi asam antosianin berubah warna menjadi merah, keadaan netral antosianin berubah warna menjadi ungu muda atau tidak berwarna dan pada keadaan basa berwarna biru. Pigmen antosianin lebih stabil dalam keadaan asam dibandingkan dalam keadaan basa. Kerusakan antosianin memiliki beberapa faktor yang membatasi, antara lain ketidak stabilannya terhadap cahaya dan panas serta rentan mengalami degradasi.
3.1.2. Derajat Keasaman (pH)
Berdasarkan analisis ragam, diperoleh bahwa interaksi kedua perlakuan, konsentrasi gula menunjukkan hasil yang berpengaruh tidak nyata (P>0,05) dan suhu pemanasan menunjukkan hasil yang berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap derajat keasaman jam tamarillo. Nilai rata-rata derajat keasaman jam tamarillo dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai rata-rata derajat keasaman jam tamarillo
Suhu (°C) | Konsentrasi Gula (%) | Rata-rata | ||
G1 (45) | G2 (50) | G3 (55) | ||
T1 (60) | 3,59 | 3,60 | 3,60 | 3,59 b |
T2 (70) | 3,64 | 3,64 | 3,65 | 3,64 a |
T3 (80) | 3,66 | 3,65 | 3,66 | 3,65 a |
Rata=rata | 3,63 a | 3,63 a | 3,64 a |
|
Keterangan: Huruf yang berbeda di belakang nilai rata-rata pada baris atau kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).
Hasil uji derajat keasaman jam tamarillo berkisar antara 3,59 hingga 3,66. Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan suhu 60°C (T1) berbeda nyata dengan perlakuan suhu 70°C (T2) dan suhu 80°C (T3), sedangkan antara T2 dengan T3 tidak berbeda nyata Tabel 2 memperlihatkan kecendrungan semakin tinggi suhu pemanasan pada pemasakan jam maka pH-nya semakin tinggi. Peningkatan pH jam tamarillo tersebut disebabkan pada pemasakan suhu tinggi kadar asam akan menurun sehingga pH produk akan meningkat. Menurut Winarno (2002), unsur penyebab rasa asam adalah ion H+, jika konsentrasi ion hidrogen (keasaman) bertambah maka pH akan turun dan sebaliknya. Asam adalah bahan larut dalam air dan menghasilkan hidrogen dan merupakan asam organik lemah yang mampu melepaskan ion H+ apabila mengalami pemanasan suhu tinggi (Winarno et al., 1984).
3.1.3. Dimensi Viskositas
Berdasarkan analisis ragam, diperoleh bahwa interaksi kedua perlakuan, konsentrasi gula dan suhu pemanasan menunjukkan hasil berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap dimensi viskositas jam tamarillo yang dihasilkan. Nilai rata-rata dimensi viskisitas jam tamarillo dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai rata-rata dimensi viskositas jam Tamarillo
Suhu (°C) | Konsentrasi Gula (%) | ||
G1 (45) | G2 (50) | G3 (55) | |
T1 (60) | 0,014 a a | 0,009 b a | 0,008 c a |
T2 (70) | 0,014 a a | 0,009 b a | 0,007 c a |
T3 (80) | 0,010 a b | 0,008 b a | 0,007 c a |
Keterangan: Huruf yang berbeda di belakang atau di bawah nilai rata-rata pada baris yang sama atau huruf yang berbeda di belakang atau di bawah kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).
Hasil uji dimensi viskositas jam tamarillo berkisar 0,007 hingga 0,014 g/cm.sec. Jam tamarillo yang memiliki dimensi viskositas tertinggi adalah perlakuan G1T1 yaitu 0,014 g/cm.sec dan yang terendah adalah G3T3 yaitu 0,007 g/cm.sec. Jika nilai dimensi viskositas suatu produk semakin besar maka nilai viskositasnya akan semakin kecil dan sebaliknya.
Tabel 3 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi gula dan suhu pemanasan pada proses pembuatan jam tamarillo maka nilai rata-rata dimensi viskositas cenderung mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena gula (sukrosa) mempunyai peranan penting pada pembuatan jam, yaitu sebagai bahan untuk menjaga ketegaran dari jaringan serabut-serabut halus yang dibentuk oleh pektin. Desrosier (1988) menyatakan bahwa makin tinggi kadar gula makin berkurang air yang ditahan oleh struktur gel tersebut, sehingga gel yang terbentuk makin kokoh. Semakin tinggi suhu bahan pada proses pemasakan jam tamarillo semakin banyak kandungan air yang mengalami penguapan sehingga menyebabkan jam Tamarillo menjadi lebih kental. Terjadinya peningkatan viskositas disebabkan air yang berada diluar granula pati dan bebas bergerak menjadi terikat (Winarno, 2002). Semakin kental suatu fluida maka diperlukan gaya yang semakin besar supaya fluida tersebut dapat mengalir (Kusuma, 1988).
3.1.4. Total Padatan Terlarut
Berdasarkan hasil analisis ragam, diperoleh bahwa interaksi dari kedua perlakuan menunjukkan hasil yang berpengaruh tidak nyata (P>0,05), variasi konsentrasi gula menunjukkan hasil yang berpengaruh sangat nyata (P<0,01), dan variasi suhu pemanasan menunjukan hasil yang berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap jam tamarillo yang dihasilkan. Nilai rata-rata total padatan terlarut jam tamarillo dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai rata-rata total padatan terlarut º Brix jam tamarillo
Suhu (°C) | Konsentrasi Gula (%) | Rata-rata | ||
G1 (45) | G2 (50) | G3 (55) | ||
T1 (60) | 48,60 | 56,20 | 62,10 | 55,63 b |
T2 (70) | 51,80 | 59,60 | 61,80 | 57,73 ab |
T3 (80) | 53,80 | 60,60 | 64,40 | 59,60 a |
Rata-rata | 51,40 c | 58,80 b | 62,76 a |
|
Keterangan: Huruf yang berbeda di belakang nilai rata-rata pada baris atau kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).
Hasil uji total padatan terlarut jam tamarillo berkisar 48,60 ºBrix hingga 64,40 ºBrix. Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi gula 45% (G1), 50% (G2) dan 55% (G3) memperlihatkan perbedaan yang nyata serta perlakuan suhu 60°C (T1), 70°C (T2) dan 80 °C (T3) juga berbeda nyata. Tabel 4 menunjukkan kecendrungan semakin tinggi konsentrasi gula dan suhu pemanasan pada proses pemasakan jam tamarillo maka total padatan terlarutnya semakin tinggi. Peningkatan nilai total padatan terlarut jam disebabkan semakin tingginya konsentrasi gula yang ditambahkan dengan bantuan suhu tinggi maka unsur-unsur yang terlarut dalam produk akan meningkat serta peningkatan suhu pemanasan mengakibatkan banyak kandungan air yang mengalami penguapan. Menurut Winarno (2002), gula mempunyai kelarutan yang sangat besar dengan semakin meningkatnya suhu bahan pada poses pemasakan. Desrosier (1988), menyatakan gula dapat mengurangi air bahan dalam pemasakan produk, karena gula dapat mengurangi air yang ditahan di dalam struktur bahan.
3.2. Hasil Uji Subyektif
Uji subyektif meliputi uji skoring dan uji hedonik. Uji skoring terdiri dari uji warna, aroma, tekstur dan rasa, sedangkan uji hedonik meliputi uji penerimaan keseluruhan terhadap jam tamarillo.
3.2.1. Warna
Berdasarkan hasil analisis ragam, diperoleh bahwa interaksi kedua perlakuan, variasi konsentrasi gula, dan suhu pemanasan menunjukkan hasil yang berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap jam tamarillo. Nilai rata-rata penilaian panelis terhadap warna jam tamarillo dapat dilihat pada Tabel 5
Tabel 5. Nilai rata-rata penilaian panelis terhadap warna jam tamarillo
Suhu (°C) | Konsentrasi Gula (%) | ||
G1 (45) | G2 (50) | G3 (55) | |
T1 (60) | 4,85 a a | 4,00 b a | 3,75 b a |
T2 (70) | 4,55 a bc | 3,40 b b | 2,55 c b |
T3 (80) | 4,45 a c | 3,20 b b | 2,45 c b |
Keterangan: Huruf yang berbeda di belakang atau di bawah nilai rata-rata pada baris yang sama atau huruf yang berbeda di belakang atau di bawah kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).
Hasil uji panelis terhadap nilai skor warna jam tamarillo yang diberi variasi konsentrasi gula dan suhu pemanasan yaitu berkisar 2,45 (agak coklat) hingga 4,85 (merah). Jam tamarillo yang memiliki nilai skor tertinggi dari panelis yaitu G1T1 dengan perlakuan konsentrasi gula 45% dan suhu 60 ºC 4,85 (merah) dan yang memiliki nilai skor terendah yaitu G3T3 dengan konsentrasi gula 55% dan suhu pemanasan 80 ºC 2,45 (agak coklat).
Tabel 5 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi gula dan suhu pemanasan pada proses pemasakan jam tamarillo cenderung mengalami penurunan nilai skor yang diberikan panelis terhadap warna jam Tamarillo. Hal ini disebabkan karena terjadinya reaksi antara gula pereduksi dan kelompok asam amino pada saat bahan dimasak yang akan menghasilkan zat warna coklat dan bermacam-macam komponen citarasa atau sering disebut reaksi maillard, (Buckle, et al., 1987). Pemasakan suhu tinggi dimungkinkan terjadi reaksi pencoklatan akibat oksidasi senyawa fenolase pada sel tanaman (Winarno, 2002).
3.2.2. Aroma
Berdasarkan hasil analisis ragam, diperoleh bahwa interaksi kedua perlakuan menunjukkan hasil yang berpengaruh tidak nyata (P>0,05), variasi konsentrasi gula menunjukkan hasil berpengaruh nyata (P<0,05), dan suhu pemanasan menunjukkan hasil yang berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap aroma jam tamarillo. Nilai rata-rata penilaian panelis terhadap aroma jam tamarillo dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai rata-rata penilaian panelis terhadap aroma jam tamarillo.
Suhu (°C) | Konsentrasi gula (%) | Rata-rata | ||
G1 (45) | G2 (50) | G3 (55) | ||
T1 (60) | 3,65 | 3,25 | 3,25 | 3,38 a |
T2 (70) | 3,10 | 2,90 | 3,15 | 3,05 b |
T3 (80) | 3,15 | 2,85 | 2,80 | 2,93 b |
Rata-rata | 3,30 a | 3,06 ab | 3,00 b |
|
Keterangan: Huruf yang berbeda di belakang nilai rata-rata pada baris atau kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).
Hasil uji panelis terhadap nilai skor aroma jam tamarillo yang diberi variasi konsentrasi gula dan suhu pemanasan yaitu berkisar 2,80 (agak beraroma khas tamarillo) hingga 3,65 (khas tamarillo). Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi gula 45% (G1), 50% (G2) dan 55% (G3) memperlihatkan perbedaan yang nyata serta perlakuan suhu 60°C (T1), berbeda nyata dengan perlakuan suhu 70°C (T2) dan 80 °C (T3), sedangkan antara T2 dengan T3 tidak berbeda nyata. Tabel 6 menunjukkan kecendrungan semakin tinggi konsentrasi gula dan suhu pemanasan pada proses pemasakan jam tamarillo maka aroma dari jam tamarillo semakin menurun dari aroma buah tamarillo sewaktu segar. Semakin tinggi kandungan gula yang terdapat pada jam membuat aroma khas dari gula pasir (sukrosa) yang semakin besar, sehingga mampu mengalahkan aroma dari tamarillo segar yang masam itu sebagai bahan dasar jam. Pengolahan dengan suhu tinggi menyebabkan senyawa volatil dan komponen gizi pembentuk aroma rusak dan menguap sehingga mempengaruhi penilaian panelis terhadap aroma jam tamarillo.
3.2.3. Tekstur
Berdasarkan hasil analisis ragam, diperoleh bahwa interaksi kedua perlakuan, variasi konsentrasi gula, dan suhu pemanasan menunjukkan hasil yang berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap jam tamarillo. Nilai rata-rata penilaian panelis terhadap tekstur jam tamarillo dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Nilai rata-rata penilaian panelis terhadap tekstur jam tamarillo.
Suhu (°C) | Konsentrasi gula (%) | ||
G1 (45) | G2 (50) | G3 (55) | |
T1 (60) | 2,75 c b | 3,10 b b | 3,60 a b |
T2 (70) | 2,90 c b | 3,25 b b | 4,60 a a |
T3 (80) | 3,30 b a | 4,50 a a | 4,70 a a |
Keterangan: Huruf yang berbeda di belakang atau di bawah nilai rata-rata pada baris yang sama atau huruf yang berbeda di belakang atau di bawah kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).
Hasil uji panelis terhadap nilai skor tekstur jam tamarillo yang diberi perlakuan konsentrasi gula dan suhu pemanasan memiliki nilai yaitu berkisar antara 2,75 (agak kental) hingga 4,70 (sangat kental). Jam tamarillo yang memiliki nilai tertinggi menurut panelis yaitu G3T3 (konsentrasi gula 55% dan suhu pemanasan 80 ºC) dengan skor sebesar 4,70 dan yang memiliki nilai terendah yaitu G1T1 (Konsentrasi gula 45% dan suhu pemanasan 60 ºC) sebesar 2,75.
Tabel 7 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi gula dan suhu pemanasan maka tekstur dari jam tamarillo semakin kental. Hal ini disebabkan Gula memiliki karakteristik yang banyak selain memberikan rasa manis pada bahan makanan juga mampu memperbaiki citarasa, warna, tekstur serta penampakan dari bahan makanan (Birch dan Parker, 1987). Semakin tinggi suhu bahan pada proses pemasakan jam tamarillo semakin banyak kandungan air yang mengalami penguapan sehingga menyebabkan jam tamarillo menjadi lebih kental maka dapat kita ketahui bahwa penilaian panelis terhadap tekstur berkaitan dengan nilai viskositas jam tersebut, semakin kecil nilai dimensi viskositas maka produk jam yang dihasilkan semakin kental. Terjadinya peningkatan viskositas disebabkan air yang berada diluar granula pati, bebas bergerak menjadi terikat. Tekstur dan konsistensi suatu bahan akan mempengaruhi cita rasa yang ditimbulkan oleh bahan tersebut (Winarno, 2002).
3.2.4. Rasa
Berdasarkan hasil analisis ragam, diperoleh bahwa interaksi kedua perlakuan dan variasi konsentrasi gula menunjukkan hasil berpengaruh tidak nyata (P>0,05), sedangkan suhu pemanasan menunjukkan hasil yang berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap rasa jam tamarillo. Nilai rata-rata penilaian panelis terhadap rasa jam tamarillo dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Nilai rata-rata penilaian panelis terhadap rasa jam tamarillo
Suhu (°C) | Konsentrasi Gula (%) | Rata-rata | ||
G1 (45) | G2 (50) | G3 (55) | ||
T1 (60) | 3,80 | 3,65 | 3,70 | 3,71 a |
T2 (70) | 3,60 | 3,50 | 3,40 | 3,50 ab |
T3 (80) | 3,70 | 3,35 | 3,25 | 3,43 b |
Rata-rata | 3,70 a | 3,50 a | 3,45 a |
|
Keterangan: Huruf yang berbeda di belakang nilai rata-rata pada baris atau kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).
Hasil uji panelis terhadap nilai skor rasa jam tamarillo yang diberi perlakuan konsentrasi gula dan suhu pemanasan memiliki nilai yaitu berkisar antara 3,25 (agak bercitarasa khas tamarillo) hingga 3,80 (sangat bercitarasa khas tamarillo). Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan suhu 60°C (T1), suhu 70°C (T2) dan 80°C (T3) memperlihatkan hasil yang berbeda nyata. Tabel 8 menunjukkan Semakin tinggi konsentrasi gula yang digunakan didalam penelitian ini rasa manis jam tamarillo mengalami peningkatan namun tidak berpengaruh nyata terhadap rasa jam tersebut. Rasa manis dari konsentrasi gula yang terlalu tinggi dapat menyebabkan berkurangnya rasa khas buah tamarillo dari jam tamarillo tersebut sehingga panelis hanya dapat merasakan manis dari gula.
Tabel 8 menunjukkan kecendrungan suhu pemanasan meningkat maka rasa khas tamarillo pada jam tamarillo menurun. Hal ini terjadi karena selama pemanasan beberapa asam dari buah akan menguap, sehingga dengan adanya gula akan menghasilkan produk yang lebih manis (Cruess, 1958). Menurut Desrosier (1988), pemasakan yang terlalu lama pada suhu tinggi tidak hanya menyebabkan hidrolisis pektin dan penguapan dari asam, tetapi juga menyebabkan kehilangan cita rasa, dan warna. Semakin tinggi suhu bahan pada proses pemasakan jam tamarillo semakin banyak kandungan air yang mengalami penguapan sehingga senyawa volatil yang berhubungan dengan rasa buah tamarillo menguap bersamaan dengan air.
3.2.5. Penerimaan Keseluruhan
Berdasarkan hasil analisis ragam, diperoleh bahwa interaksi kedua perlakuan, variasi konsentrasi gula, dan suhu pemanasan menunjukkan hasil yang berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap penerimaan keseluruhan jam tamarillo. Nilai rata-rata penilaian panelis terhadap penerimaan keseluruhan jam tamarillo dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Nilai rata-rata penilaian panelis terhadap penerimaan keseluruhan jam tamarillo
Suhu (°C) | Konsentrasi Gula (%) | Rata-rata | ||
G1 (45) | G2 (50) | G3 (55) | ||
T1 (60) | 4,35 | 4,80 | 5,30 | 4,81 a |
T2 (70) | 4,60 | 4,95 | 5,10 | 4,76 a |
T3 (80) | 4,90 | 4,65 | 4,85 | 4,80 a |
Rata-rata | 4,30 a | 4,80 a | 5,08 a |
|
Keterangan: Huruf yang berbeda di belakang nilai rata-rata pada baris atau kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).
Hasil uji panelis terhadap nilai kesukaan penerimaan keseluruhan jam tamarillo yang diberi perlakuan konsentrasi gula dan suhu pemanasan memiliki nilai yaitu berkisar antara 4,35 (biasa) hingga 5,30 (agak suka). Jam tamarillo yang memiliki nilai tertinggi terhadap penerimaan keseluruhan menurut panelis yaitu G3T1 (konsentrasi gula 55% dan suhu pemanasan 60 ºC) dengan skor sebesar 5,30 (agak suka) dengan sifat obyektifnya yaitu kandungan antosianin 0,30%, pH 3,60; dimensi viskositas 0,008 g/cm.sec, total padatan terlarut 62,10 °Brix dan sifat subyektif nilai skornya yaitu warna 3,75 (agak merah), aroma 3,25 (agak beraroma khas tamarillo), tekstur 3,60 (kental), rasa 3,70 (bercitarasa khas tamarillo) dan penerimaan keseluruhan 5,30 (agak suka). Jam tamarillo yang memiliki nilai terendah terhadap penerimaan keseluruhan yaitu G1T1 (Konsentrasi gula 45% dan suhu pemanasan 60 ºC) sebesar 4,35 (biasa) dengan sifat obyektif yaitu kandungan antosianin 0,28%, pH 3,59, dimensi viskositas 0,014g/cm.sec, total padatan terlarut 48,60°Brix dan sifat subyektif dengan nilai skornya yaitu warna 4,85 (merah), aroma 3,65 (beraroma khas tamarillo), tekstur 2,75 (agak kental), rasa 3,80 (bercitarasa khas tamarillo) dan penerimaan keseluruhan 4,35 (biasa).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Konsentrasi gula berpengaruh terhadap uji obyektif dan subyektif yaitu dimensi viskositas, total padatan terlarut, warna, aroma, serta tekstur sedangkan suhu pemanasan berpengaruh terhadap uji obyektif dan subyektif yaitu kandungan antosianin, derajat keasaman, total padatan terlarut, dimensi viskositas, warna, aroma, tekstur serta rasa.
Berdasarkan uji objektif dan uji subyektif perlakuan konsentrasi gula 55% dan suhu pemanasan 60 ºC menghasilkan jam tamarillo dengan karakteristik yang terbaik dengan kriteria kandungan antosianin 0,30%, derajat keasaman (pH) 3,605 (asam), dimensi viskositas 0,0080 g/cm.sec, total padatan terlarut 62,1 ºBrix, warna 3,75 (agak merah), aroma 3,25 (agak beraroma khas tamarillo), tekstur 3,6 (kental), rasa 3,7 (bercitarasa khas tamarillo) dan penerimaan keseluruhan 5,1 (agak suka).
4.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh konsentrasi gula dan suhu pemanasan terhadap mutu dan umur simpan jam tamarillo.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah didapatkan, maka saran yang dapat diberikan adalah jam tamarillo yang baik dan masih disukai dapat diperoleh dengan konsentrasi gula 55% dari jumlah bahan baku dan memasak pada suhu bahan 60 oC.
DAFTAR PUSTAKA
Apandi, M. 1984. Teknologi buah dan sayur. Alumni, Bandung.
Birch, G.G. and K.J. Parker. 1978. Sugar Science and Technology. Applied Science Publisher LTD Lincoln.
Budi, S. 2006. Manfaat Terong Belanda.
http://budiboga.blogspot.com/2006/11/.html
Buckle, K.A., R. A. Edwards, G.H F; Fleet dan M. Wootton, 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah H. Purnomo dan Adiono. UI-Prees, Jakarta.
Cruess, M.V. 1958. Commercials Fruit and Vegetable Products. McGraw Hill Book Co. New York.
Desrosier, N.M., 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah Mujohardjo. UI-Prees, Jakarta.
Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006. Tamarillo (Terong Belanda) Tanaman Berkhasiat Penyedia Antioksidan Alami. Trubus Agrisarana. Surabaya.
Kumalaningsih, 2006. Antioksidan Alami Penangkal Radikal Bebas. Trubus Agrisarana. Surabaya.
Kusumah, M.A.W., J. Hermanianto, N. Andarwulan. 1988. Bahan Pengajaran Prinsib-prinsib Teknik Pangan. Laboratorium Rekayasa proses Pangan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor.
Rodger. M. 1997. Food Science, The Biochemistry of Food and Nutrition.
McGraw.
Susanto, T. Dan B. Saneto. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. PT. Bina Ilmu, Surabaya.
Winarno, F.G. 1989. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia, Jakarta.
Winarno, F.G., 1994. Sterilisasi Komersial Produk Pangan. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia, Jakarta.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
Bapak Ir. Agus Selamet Duniaji, M.Si., selaku Pembimbing I dan Ibu Ni Wayan Wisaniyasa, S.TP., MP selaku Pembimbing II atas segala petunjuk dan bimbingannya sehingga seminar hasil ini dapat dilaksanakan.
Bapak/Ibu Dosen Penguji, Komisi Seminar dan Staff Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana.
Semua pihak yang turut membantu terlaksananya seminar ini, khususnya rekan-rekan Agritech